Indonesia adalah negeri sejuta budaya dimana unsur budaya sendiri sering dihubung-hubungkan dengan nuansa magis yang ada di kepercayaan masyarakat Indonesia sebelum berbagai agama yang kental pengaruhnya masuk ke Indonesia. Pernahkah Anda berimajinasi tentang pintu kemana saja doraemon? Bisakah Anda bayangkan jika pintu itu benar-benar ada. Pasti rasanya sangat aneh sehingga logika Anda rasanya berat untuk memikirkan.
Teknologi seperti itu dewasa ini sering disebut dengan teleportasi, pengertian teleportasi menurut wikipedia adalah :
Pengalihan materi dari satu titik ke titik lain.
dengan berteleportasi siapa saja akan dapat kemana saja dalam waktu yang sangat singkat tentunya. Tetapi apakah teknologi ini memang benar adanya?
Berbeda lagi dengan kepercayaan kuno masyarakat Jawa yang mempercayai bahwa leluhur terdahulu yang dikenal sakti akan menghilang tak menyisakan jasadnya atau dalam istilah Jawa disebut muksa. Mungkin hampir sama dengan kepercayaan modern tentang teleportasi.
Banyak kepercayaan masyarakat yang beredar di Indonesia khususnya tanah Jawa. Salah satunya adalah tentang pintu kerajaan Majapahit yang ada di wilayah Pati, Jawa Tengah.
Indonesia adalah negeri sejuta budaya dimana unsur budaya sendiri sering dihubung-hubungkan dengan nuansa magis yang ada di kepercayaan masyarakat Indonesia sebelum berbagai agama yang kental pengaruhnya masuk ke Indonesia. Pernahkah Anda berimajinasi tentang pintu kemana saja doraemon? Bisakah Anda bayangkan jika pintu itu benar-benar ada. Pasti rasanya sangat aneh sehingga logika Anda rasanya berat untuk memikirkan.
Kisah yang dipercaya masyarakat hingga kini tentang bagaimana gerbang tersebut berpindah tempat ke Pati adalah erat kaitannya dengan cerita Sunan Muria dan Raden Bambang Kebo Nyabrang. Diceritakan bahwa :
Raden Kebo Nyabrang mengaku putra dari Sunan Muria. Sunan Muria yang tak lantas dengan mudah mengakui memberi sebuah persyaratan, yaitu membawa gerbang keputren dari Majapahit untuk dibawa ke Muria dalam waktu satu malam saja. Sedangkan di lain tempat murid Sunan Muria yang bernama Raden Ronggo ingin mempersunting putri dari Sunan Ngerang yaitu Roro Pujiwat. Pada waktu yang bersamaan pula Roro Pujiwat memberikan persyaratan bahwa Raden Ronggo harus bisa membawa gerbang kaputren dari Majapahit untuk di pindah ke padepokan Sunan Ngerang dalam waktu satu malam saja.
Setelah Raden Ronggo mendapati bahwa pintu gerbang Majapahit ada pada Raden Kebo Nyabrang. Maka terjadilah pertarungan sengit antara keduanya tepatnya di sebelah barat wilayah Kabupaten Pati yang kini disebut Margorejo. Hingga kemudian Sunan Muria menghampiri keduanya dan menyuruh untuk berhenti bertarung.
Oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa Sunan Muria lantas mengakui Raden Kebo Nyabrang sebagai putranya. Dan menyuruhnya untuk menjaga pintu gerbang tersebut hingga kini. Raden Kebo Nyabrang menuruti perintah Sunan dan melewati pintu gerbang tersebut lalu meninggal tanpa meninggalkan jasad atau mukso.
Hingga sekarang masyarakat percaya bahwa gerbang itu memang dapat memindahkan orang ke tempat lain sesuai yang diinginkan. Dengan syarat bahwa orang itu berbudi luhur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teleportasi bukan hanya kepercayaan modern, tetapi merupakan kepercayaan yang menemani kisah-kisah para leluhur Jawa.
Teknologi seperti itu dewasa ini sering disebut dengan teleportasi, pengertian teleportasi menurut wikipedia adalah :
Pengalihan materi dari satu titik ke titik lain.
dengan berteleportasi siapa saja akan dapat kemana saja dalam waktu yang sangat singkat tentunya. Tetapi apakah teknologi ini memang benar adanya?
Berbeda lagi dengan kepercayaan kuno masyarakat Jawa yang mempercayai bahwa leluhur terdahulu yang dikenal sakti akan menghilang tak menyisakan jasadnya atau dalam istilah Jawa disebut muksa. Mungkin hampir sama dengan kepercayaan modern tentang teleportasi.
Banyak kepercayaan masyarakat yang beredar di Indonesia khususnya tanah Jawa. Salah satunya adalah tentang pintu kerajaan Majapahit yang ada di wilayah Pati, Jawa Tengah.
Indonesia adalah negeri sejuta budaya dimana unsur budaya sendiri sering dihubung-hubungkan dengan nuansa magis yang ada di kepercayaan masyarakat Indonesia sebelum berbagai agama yang kental pengaruhnya masuk ke Indonesia. Pernahkah Anda berimajinasi tentang pintu kemana saja doraemon? Bisakah Anda bayangkan jika pintu itu benar-benar ada. Pasti rasanya sangat aneh sehingga logika Anda rasanya berat untuk memikirkan.
Kisah yang dipercaya masyarakat hingga kini tentang bagaimana gerbang tersebut berpindah tempat ke Pati adalah erat kaitannya dengan cerita Sunan Muria dan Raden Bambang Kebo Nyabrang. Diceritakan bahwa :
Raden Kebo Nyabrang mengaku putra dari Sunan Muria. Sunan Muria yang tak lantas dengan mudah mengakui memberi sebuah persyaratan, yaitu membawa gerbang keputren dari Majapahit untuk dibawa ke Muria dalam waktu satu malam saja. Sedangkan di lain tempat murid Sunan Muria yang bernama Raden Ronggo ingin mempersunting putri dari Sunan Ngerang yaitu Roro Pujiwat. Pada waktu yang bersamaan pula Roro Pujiwat memberikan persyaratan bahwa Raden Ronggo harus bisa membawa gerbang kaputren dari Majapahit untuk di pindah ke padepokan Sunan Ngerang dalam waktu satu malam saja.
Setelah Raden Ronggo mendapati bahwa pintu gerbang Majapahit ada pada Raden Kebo Nyabrang. Maka terjadilah pertarungan sengit antara keduanya tepatnya di sebelah barat wilayah Kabupaten Pati yang kini disebut Margorejo. Hingga kemudian Sunan Muria menghampiri keduanya dan menyuruh untuk berhenti bertarung.
Oleh masyarakat setempat dipercaya bahwa Sunan Muria lantas mengakui Raden Kebo Nyabrang sebagai putranya. Dan menyuruhnya untuk menjaga pintu gerbang tersebut hingga kini. Raden Kebo Nyabrang menuruti perintah Sunan dan melewati pintu gerbang tersebut lalu meninggal tanpa meninggalkan jasad atau mukso.
Hingga sekarang masyarakat percaya bahwa gerbang itu memang dapat memindahkan orang ke tempat lain sesuai yang diinginkan. Dengan syarat bahwa orang itu berbudi luhur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teleportasi bukan hanya kepercayaan modern, tetapi merupakan kepercayaan yang menemani kisah-kisah para leluhur Jawa.
No comments:
Post a Comment