Kokas adalah salah satu distrik (kecamatan) yang ada di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Kota ini baru bertumbuh sebagai masyarakat yang majemuk meliputi masyarakat nelayan asli Papua dan juga pendatang dari Buton, Maluku, dan beberapa daerah di sekitarnya. Sebuah pelabuhan laut dibangun untuk mendukung kegiatan perusahaan perminyakan di kota kecil ini. Pembangunan jelas terlihat tapi seolah kepariwisataannya masih terlelap walau berbinar.
Saat nama Kokas diucapkan, mereka yang tahu akan segera menyebutkan beberapa highlight yang paling unik di sana. Walau di balik itu masih banyak yang bisa ditawarkan, keragaman daya tarik Kokas seolah masih tersembunyi di balik namanya yang besar dahulu kala pada masa �ketuanan�, yaitu sebutan yang khas digunakan di daerah Papua dan sekitarnya untuk kerajaan. Faktanya, dari 9 raja yang ada di Fakfak, 5 raja berada di kawasan Kokas.
Kokas dan juga sekitarnya sudah saatnya dikenal jauh lebih luas tanpa kesalahpahaman. Dahulu, raja-raja di kawasan Fakfak yang jumlahnya 9 ketuanan itu berawal dari pegunungan yang bernama Pegunungan Mbaham yang menggunakan bahasa Baham atau bahasa gunung. Pegunungan ini tampak dari Kokas. Lima ketuanan di kawasan Kokas ialah Pikpik Sekar, Wertuer, Arguni, Patipi, dan Rumbati. Hingga kini, raja-raja dari 5 ketuanan ini dan juga 4 ketuanan lainnya di daerah lain yaitu 2 di Fakfak, 1 di Namatota/Kaimana, dan 1 di Raja Ampat, masih berkuasa.
Kokas adalah sebuah kota kecil dengan sejarah panjang. Dari kurun waktu terdekat, Kokas sempat menjadi basis pertahanan perang bagi tentara Jepang saat Perang Dunia II dan menduduki kawasan Indonesia. Dari jejak itu, Kokas bahkan menamakan dirinya sebagai Kota Basis Pertahanan Perang Dunia II. Tak tanggung-tanggung, sebutan itu dipatrikan kuat di atas bukit dengan tulisan warna putih berukuran besar menghadap ke laut agar siapapun yang datang dari arah laut atau darat dapat melihatnya. Selain itu, sebuah meriam peninggalan Jepang dengan tulisan �TOKYO MARUSEKO� dipasang di tepi pantai seolah menjadi simbol, selamat datang di Kokas.
No comments:
Post a Comment