Thursday, October 30, 2014

Konstribusi Seni Tari Dalam Membangun Pendidikan Multikultural



Konstribusi Seni Tari Dalam Membangun Pendidikan Multikultural 

Seni tari nusantara merupakan suatu ensiklopedi etnis yang menyimpan segala sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat pendukungnya. Seni tari nusantara sarat akan pesan-pesan filosofis, baik aspek spiritual, moral, dan sosial dari komunitasnya. Usaha diseminasi seni tari nusantara untuk anak-anak Indonesia melalui kegiatan penciptaan dan pementasan kolaborasi akan dapat meningkatkan apresiasi mereka terhadap seni budaya nusantara. Oleh karena itu sebagai anak bangsa, peserta didik sudah selayaknya mengetahui khazanah kesenian tradisi bangsanya sendiri. Dengan demikian, apresiasi terhadap seni tari nusantara ini diharapkan membantu peserta didik mengenal jati dirinya dan sekaligus memahami pluralitas identitas bangsanya. Pada gilirannya, mereka akan mampu menghormati perbedaan dan keanekaragaman, dan secara arif menerima realitas  pluralitas  budaya  masyarakat  Indonesia.  Pendidikan  merupakan  wahana  yang  paling  tepat  untuk membangun  kesadaran  multikulturalisme  dimaksud.  Karena,  dalam  tataran  ideal,  pendidikan  seharusnya bisa berperan sebagai �juru bicara� bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang terbebas dari kooptasi  negara.  Hal  itu  dapat  berlangsung  apabila  ada  perubahan  paradigma  dalam  pendidikan,  yakni dimulai dari penyeragaman menuju identitas tunggal, lalu ke arah pengakuan dan penghargaan keragaman identitas dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan. Pendidikan bukan hanya sebagai pusat belajar dan  mengajar  dalam  pengertian�intellectual  development�  (perkembangan  intelektual)  tetapi  harus  pula merupakan  pusat  penghayatan  dan  pengembangan  budaya,  baik  budaya  lokal  maupun  budaya  nasional, bahkan budaya global. Sebagai bangsa yang mempunyai keragaman budaya yang diikat dalam semangat Bhineka Tunggal Ika, bangsa Indonesia dituntut untuk mampu mengelola keragaman atau pluralitas itu secara baik. Pengelolaan keragaman secara tepat, adalah kondisi yang bisa memberikan kontribus kondusif bagi usaha  memperkokoh  dan  memperkuat   semangat persatuan  dan  kebangsaan  dalam  bingkai  Bhineka Tunggal Ika, khususnya dalam semangat dan usaha membangun bangsa guna mewujudkan kehidupan yang damai sejahtera. Keanekaragaman   budaya   ini   dapat   mewujudkan masyarakat  multikultural,  apabila  warganya  dapat hidup berdampingan, toleran dan saling menghargai. Nilai budaya tersebut bukan hanya sebuah wacana, tetapi harus menjadi patokan penilaian atau pedoman etika  dan  moral  dalam  bertindak  yang  benar  dan pantas  bagi  orang  Indonesia.  Nilai  tersebut  harus dijadikan acuan bertindak, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik maupun dalam   tindakan individual.  Keragaman  diharapkan  menjadi  dasar pemersatu   bangsa  Indonesia,   mengingat   bangsa Indonesia memiliki keragaman  etnis  dengan  pola tradisi idealisme   yang   berbeda-beda, yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Pendidikan  merupakan  wahana  yang  paling  tepat untuk    membangun    kesadaran    multikulturalisme dimaksud. Karena, dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya   bisa   berperan   sebagai   �juru   bicara� bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang  terbebas  dari  kooptasi  negara.  Hal  itu  dapat berlangsung apabila ada perubahan paradigma dalam pendidikan, yakni dimulai dari penyeragaman menuju  identitas  tunggal,  lalu ke arah  pengakuan dan penghargaan keragaman identitas dalam kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan. Pendidikan yang mengakui dan menghormati adanya keragaman budaya disebut dengan pendidikan multikultural. Makna pendidikan multikultural adalah pendidikan untuk/tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.

Kesenian
Seperti  kita  ketahui,  bahwa  kebudayaan  nasional Indonesia,  bisa  memberi  rasa  kepribadian  bangsa Indonesia  sebagai  suatu  keseluruhan  dan  sebagai suatu kesatuan nasional. Maka dari itu kebudayaan nasional Indonesia harus memiliki sifat khas dan memberi kebanggaan   kepada   semua   orang Indonesia,  oleh  karena  itu  ia  harus  bermutu  amat tinggi.  Koentjaraningrat  menyebutkan  bahwa  dari unsur-unsur   kebudayaan   yang   universal   yaitu:
1) sistem teknologi;
2) sistem mata pencaharian hidup;
3)   sistem   kemasyarakatan; 
4)   bahasa;  
5)   sistem pengetahuan; 
6)  religi;  dan 
7)  kesenian
memang hanya  satu  diantara  ketujuh  unsur  kebudayaan  itu bisa  dikembangkan  secara  khusus,  yaitu  kesenian.

Seni Tari
Selama berabad-abad  tari dipertunjukkan pada berbagai   konteks   sosial,   seperti   yang   berkaitan dengan   upacara   (ritual),   hiburan   umum,   festival, propaganda produk, kampanye politik, dan lain-lain. Tari  dikenal  sejak  mengenal  peradaban.  Beberapa sumber tertulis          menjelaskan     bahwa  tari telah berperan penting sejak zaman pra-sejarah. Data-data arkeologis   menunjukkan   adanya   gambar-gambar manusia  sedang  menari  yang  terdapat  di  dinding-dinding goa. Budaya menari hidup dan berkembang di dalam berbagai kelompok masyarakat, dan inilah yang nampaknya melahirkan taria-tarian tradisi  hingga  kini.  Tradisi  menari,  yang  mulanya hanya  diperuntukkan  bagi  kepentingan  ritual sosial dan   keagamaan,   kemudian   berkembang menjadi suatu seni pertunjukan. Oleh sebab itu, tari sebagai bagian   dari   kebudayaan   manusia   dengan   mudah dapat dijumpai di berbagai belahan bumi ini, dalam berbagai bentuk dan fungsinya. Tari  merupakan ungkapan  perasaan  manusia  yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh manusia ekspresif yang bertujuan, ditetapkan secara kultural, mengandung   ritme,   mengandung nilai estetika, dan  memiliki  potensi  simbolik. Pembelajaran  seni  tari  adalah  sebuah  strategi  atau cara untuk mengubah atau membentuk sikap siswa dari kondisi alami menjadi sikap atau kondisi yang memahami tentang fungsi fisik, mental dan memahami kondisi sosial yang berkembang dilingkungannya. 

Pendidikan Multiluktur
Informasi     mengenai     budaya     lokal     merupakan titik  tolak  dari  pengembangan  sikap  multikultural dari   generasi   muda.   Bagian   penting   dari   sistem pendidikan   yang   berwawasan   multikultur   adalah bagaimana  menumbuhkan  sensitivitas  siswa  akan kekayaan  budaya  masyarakat  yang  bersifat  plural. Hal  ini  dapat  dilakukan  oleh  sekolah  dengan  cara memecah     kantung-kantung     kebudayaan     siswa dan   memperluas   perspektif   budaya   mereka.   Hal ini    bertujuan    merubah    keseluruhan    lingkungan pendidikan sehingga mampu untuk mempromosikan penghargaan  kepada  kelompok-kelompok  budaya lainnya    dan    memungkinkan    seluruh    kelompok-kelompok    budaya    untuk    mengalami    kesamaan dalam       memperoleh       kesempatan       pendidikan (Banks,    1979:    238-239).    Lebih    lanjut    Banks (1979) menjelaskan, bahwa pendidikan multikultur memiliki  beberapa  dimensi  yang  saling  berkaitan satu dengan yang lain,  pertama, content integration, yaitu     mengintegrasikan     berbagai     budaya     dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep mendasar, generalisasi dan teori dalam atau pelajaran/disiplin ilmu.  Kedua,  the  knowledge  construction  process, yaitu  membawa  siswa  untuk  memahami  implikasi budaya  ke  dalam  sebuah  mata  pelajaran  (disiplin). Ketiga,  an  equity  paedogogy,  yaitu  menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa dalam rangka    memfasilitasi    prestasi    akademik    siswa yang  beragam  baik  dari  segi  ras,  budaya,  (culture) ataupun      sosial      (social).      Keempat,    prejudice reduction,  yaitu  mengidentifikasi  karakteristik  ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian,  melatih  kelompok  untuk  berpartisipasi dalam    kegiatan    olah    raga,    berinteraksi    dengan seluruh  staf  dan  siswa  yang  berbeda  etnis  dan  ras dalam  upaya  menciptakan  budaya  akademik  yang toleran  dan  inklusif. Asumsi  dasar  dari  pendidikan yang   berwawasan   multikultur   adalah   bagaimana kelompok-kelompok    etnik    yang    beragam    dapat menentukan    sendiri    budaya    asli    mereka    yang mereka miliki, serta pada saat yang bersamaan dapat menjadi multikultural. Beberapa strategi        program pendidikan    yang berwawasan            multikultur      sesuai   dengan maksud diadakannya yakni    memberikan     perspektif multikultur kepada siswa yaitu:
1) Belajar bagaimana dan di mana menentukan tujuan, informasi yang akurat tentang kelompok-kelompok kultur yang beragam;
2) Identifikasi serta periksalah aspek-aspek positif    dari individu-individu atau kelompok-kelompok etnik yang berbeda;
3) Belajarlah    toleran untuk   keberagaman   melalui eksperimentasi  di  dalam  sekolah  dan  kelas  dengan praktik-praktik  dan  kebiasaan  yang  berlainan; 
4) Dapatkan  jika  memungkinkan  pengalaman  positif dari  tangan  pertama  dengan  kelompok-kelompok budaya yang beragam;
5) Kembangkanlah perilaku-perilaku   yang   empatis   melalui   bermain peran   (role   playing) dan   simulasi;  
6)   Praktikan penggunaan   �perspective   glasses�,   yakni   melihat suatu  event,  babakan  sejarah,  atau  isu-isu  melalui perspektif  kelompok  budaya  atau  jender  lanilla; 
7) Identifikasilah   dan   analisislah   stereotip-stereotip budaya
8) Identifikasilah seluruh kasus diskriminasi   serta   prasangka   sosial   yang   berasal dari kehidupan siswa sehari-hari

Konstribusi seni tari nusantara dalam pendidikan mutikultural
Keberadaan seni dalam pendidikan yang difungsikan sebagai sarana pendidikan, memiliki makna bahwa seni dimanfaatkan untuk upaya menyiapkan potensi peserta didik bagi hari depannya. Berkaitan dengan manfaat seni itu ada dua hal yang perlu diungkapkan, yaitu  tentang  manfaat  apa  yang  diharapkan,  dan apa  dari  seni  yang  dapat  dimanfaatkan.  Yang  diharapakan  adalah  seni  untuk  membantu  penyiapan peserta didik agar menjadi individu yang utuh. Utuh jiwa   dan   raganya,   dan   mampu   menghadapi   hari depannya  di  masyarakat. Apa  dari  seni  yang  dapat dimanfaatkan untuk misi tersebut adalah karakterisik yang  dikandung dalam seni. Suatu krakteristik yang spesifik,  yaitu  suatu  ciri  yang  terkandung  dalam seni,  yang  membedakan  antara  apa  yang  seni  dan apa  yang  bukan  seni,  dan  ciri  yang  membedakan antara  sisi  seni  yang  dapat  dimanfaatkan  dan  yang tidak. Karakterisik itu begitu spesialnya tidak dapat dicari penggantinya baik pengganti dari seni sendiri apalagi dari bidang lain non seni.  Dengan demikian hal sisi lain seni yang dimanfaatkan yang dimaksud adalah visi dari pendidikan seni.

Secret Circus, Celana Jeans Termahal Didunia


Secret Circus adalah celana jeans termahal di dunia . Merek ini terkenal dengan berlian yang ditenun dalam celana dan Anda harus menghabiskan jutaan dolar untuk satu item. Ini adalah celana jeans yang paling mahal. celana jeans ini dijual dengan harga ($ 1.300.000) kurang lebih 15 miliar

Wednesday, October 29, 2014

Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner

Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan  agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.

1.      Tahap belajar menurut Jerome S.Bruner
Dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
a.       Tahap informasi (tahap penerimaan materi), Dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
b.      Tahap transformasi (tahap pengubahan materi), Dalam tahap ini, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual.
c.       Tahap evaluasi, Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
d.      Kurikulum spiral                                                                                                         J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif  keanalisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.
Contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga.
2.       Alat-alat mengajar menurut Jerome S.Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
a.       Alat untuk menyampaikan pengalaman �vicarious�.                                                            Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
b.      Alat model                                                                                                                   Yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
c.       Alat dramatisasi                                                                                                          Yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
d.      Alat automatisasi seperti �teaching machine�                                                            Atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi balikan atau feedback tentang responds murid.
3.       Aplikasi Teori Bruner  Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
  1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.                Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
  2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.                   Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini � apakah nama bentuk ubin  yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
  3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?
  4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. (Anita W,1995 dalam Paulina panen, 2003 3.16)
Berikut ini disajikan contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar.
         Pembelajaran menemukan rumus luas daerah persegi panjang?
Untuk tahap contoh berikan bangun persegi dengan berbagai ukuran, sedangkan bukan contohnya berikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegi panjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam, lingkaran.
a.  Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
(a)    Untuk gambar     
a.       ukurannya:        Panjang = 20 satuan , Lebar    =  1 satuan
b.       ukurannya:        Panjang = 10 satuan , Lebar   =  2 satuan
c.        ukurannya:        Panjang =   5 satuan , Lebar    = 4 satuan


b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
Penyajian pada tahap ini  apat diberikan gambar-gambar dan Anda dapat berikan sebagai berikut.
c.  Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Siswa diminta untuk mngeneralisasikan untuk menenukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang  p, ukuran lebarnya  l , dan luas daerah persegi panjang L
maka jawaban yang diharapkan    L  =  p x l  satuan
Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
  1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
  2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
  3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
  4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu  si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
Tidak semua materi yang ada dalam matematika sekoah dasar dapat dilakukan dengan metode penemuan.

Sunday, October 26, 2014

Fakta Unik Mengenai Tertawa

I
Ilmuwan saraf dari University College London, Profesor Sophie Scott, meneliti salah satu ekspresi manusia, yaitu tertawa. Dia lalu menjabarkan temuannya dan beberapa koleganya. Inilah lima fakta unik mengenai tertawa.
Teman memicu tawa

Jika Anda ditanya, apa yang membuat Anda tertawa? Amat mungkin Anda menjawab lelucon dan humor. Namun, benarkah demikian?

Robert Provine, seorang psikolog dari Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan bahwa kita sejatinya paling banyak tertawa ketika berbicara dengan teman dan sahabat.

Bahkan, kemungkinan kita akan tertawa saat kita bersama orang lain, meningkat 30 kali lipat.

Yang menarik, tawa kita tidak dipicu oleh humor atau lelucon teman.

Kita tertawa pada pernyataan dan komentar lawan bicara yang mungkin tidak selalu lucu. Tawa kita adalah bentuk komunikasi, bukan reaksi.

Hal itu menunjukkan bahwa tawa ialah perilaku sosial yang kita lakukan guna menunjukkan kepada orang lain bahwa kita menyukai mereka dan kita memahami mereka.

Tawa spontan dan tawa buatan

Otak manusia secara otomatis dapat mengenali perbedaan ketika seseorang tertawa secara spontan atau dibuat-buat.

Hal itu disebabkan otak manusia di bagian depan berfungsi untuk memahami emosi orang lain.

Imbasnya, kita dapat langsung tahu apakah seseorang tertawa spontan atau disengaja, meskipun tiada pihak yang menyuruh kita untuk mendeteksi perbedaannya.

Tawa itu menular

Riset pada otak menunjukkan bahwa ketika orang lain tertawa, meskipun dipicu oleh sesuatu yang tidak begitu lucu, otak kita merespons tawa tersebut dengan menginstruksikan otot-otot wajah untuk ikut tertawa.

Lalu, begitu orang-orang lain ikut tertawa, otak kita semakin bisa menentukan apakah tawa itu spontan atau disengaja.

Hal ini menjelaskan mengapa kita turut tertawa ketika banyak orang di sekitar kita tertawa lepas.

Tawa tidak membuat bugar

Apabila Anda melakukan pencarian di dunia maya tentang tertawa, ada banyak artikel yang mengklaim bahwa tawa baik untuk kesehatan.

Itu memang benar, tapi jangan berpikir bahwa Anda bisa membakar kalori lebih banyak dengan tertawa ketimbang berlari.

Walau tertawa mengeluarkan banyak energi, meningkatkan detak jantung sekitar 10% hingga 20%, dan membakar 10-40 kalori, hal itu bisa tercapai dengan tertawa selama 10 sampai 15 menit.

Dengan demikian, Anda harus tertawa selama tiga jam nonstop untuk membakar kalori yang dihasilkan sekantong kentang goreng asin.

Hubungan awet

Psikolog dari Universitas Berkeley, Amerika Serikat, Profesor Bob Levenson melakukan penelitian dengan meminta sejumlah pasangan untuk mendiskusikan sesuatu tentang partner mereka yang dianggap mengganggu.

Pasangan yang menggunakan tawa dan senyum saat berdiskusi tidak hanya merasa lebih baik, tapi juga merasakan tingkat kepuasan lebih tinggi dalam hubungan dan menjalin hubungan lebih awet.

Hal ini menunjukkan bahwa tawa adalah emosi yang bisa kita gunakan dengan orang-orang dekat untuk membuat kita merasa lebih baik.

Lebih jauh, tawa bisa amat berguna ketika kita mengalami kondisi buruk.